"Jeritan" Petani Sawah Tadah Hujan Di Musim Kemarau

    Musim kemarau yang melanda Kabupaten Konawe saat ini membuat nasib petani sawah tadah hujan kian memprihatinkan. Pasalnya, lahan persa...



    Musim kemarau yang melanda Kabupaten Konawe saat ini membuat nasib petani sawah tadah hujan kian memprihatinkan. Pasalnya, lahan persawahan tempat petani mencari nafkah mengalami kekeringan, sehingga para petani terpaksa mengalami gagal tanam di penghujung tahun.

                                                     Penulis : Dedi Finafiskar

    Haris (86) Warga Kecamatan Wawotobi dibuat pusing menyusul minimnya ketersediaan air beberapa bulan terakhir ini. Hampir setiap hari dirinya terus memandangi langit melihat kondisi cuaca akan munculnya tanda-tanda turunnya hujan. Karena dengan guyuran hujan ia warga lainnya meresa merdeka, mereka bisa melanjutkan hidup dengan melakukan penanaman padi. Karena selama beberapa tahun mereka telah membuaka lahan persawahan yang hanya mengandalkan sistim tadah hujan saja.
    Namun, selama enam bulan penantian itu tak kunjung datang, dengan terpaksa Haris harus meninggalkan "Rumah keduanya" di daerah Aepe Desa Analahumbuti Kecamatan Wawotobi. Padahal dari jauh ia telah menyiapkan benih gabah yang akan ditanam. lahan seluas sekitar 2 hektar miliknya dibiarkan terbengkalai tanpa ditanami tanaman lainnya. Haris dan sebagian petani hanya mengantungkan hidupnya mengantungkan hidupnya di persawahan. Namun, karena tidak adanya ketersedian air yang akan mengairi persawahan mereka dengan terpaksa para petani harus "mengganggur".
    Haris mengungkapkan, kultur tanah sawah tadah hujan sangat bergantung pada air hujan sehingga musim kemarau seperti saat ini sangat berdampak buruk dengan mengeringnya seluruh area persawahan. "Sawah tadah hujan bisa panen tiga bulan sekali. Namun, tahun ini hanya sekali panen, karena lahan sudah mengering yang disebabkan musim kemarau berkepanjangan," ungkapnya.
    Saat ini, sambung dia, para petani banyak yang mulai beralih profesi menjadi pekerja serabutan akibat tidak melakukan aktivitas. "Menanam jagung dan sayuran juga rasanya tidak memungkinkan karena udara sangat panas, paling-paling kami kerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kami sangat berharap kepada pemerintah dapat mencari solusi terhadap masalah yang dialami para petani. Karena lahan yang kering membuat petani sawah tadah hujan tidak bisa bekerja seperti biasanya," jelasnya
    Ady, petani lainnya mengatakan, tanah sawahnya seluas 1 hektar berbulan-bulan dalam setiap tahunnya terbengkalai tidak pernah dimanfaatkan lagi. Kondisi tersebut, dirinya hanya pasrah dan bersabar menunggu uluran tangan Tuhan untuk mengirimkan air di setiap musim hujan. Petani semakin menjerit menghadapi situasi iklim belakangan ini. "Kami tidak mampu membajak tanah karena tidak ada air, sehingga lahan ini untuk sementara dibiarkan terlantar," ucapnya
    Para petani di Desa Puuhopa Kecamatan Puriala juga merasakan hal yang sama. Hampir selur warga di Desa tersebut memanfaatkan pekarangan rumahnya membuka lahan pertanian sawah. Meski kondisi tanahnya terbilang tandus (lahan kering), dan tidak disentuh oleh sumber air sungai besar. Namun para petani di Desa Puuhopa tetap mengusahakan membuka lahan dengan mengandalkan suplai air dari hujan atau sawah tadah hujan. Memang cukup ironi secara geografis Kabupaten Konawe diapit oleh dua sungai besar yakni Sungai Konawe’eha dan Lahambuti.
    Wahyu warga Desa setempat mengatakan, secara keseluruhan luas dimensi lahan sawah yang digarap para petani setempat 56 hektoare dan sisanya 100 hektar masih merupakan lahan tidur. 100 hektar yag sekarang menjadi lahan tidur sengaja ditinggalkan para petani. Karena potensi tanahnya yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengembangan sawah. Pernah beberapa kali dilakukan uji coba menanam benih padi, namun tidak berhasil. "Selain kesulitan air, kita disini tanahnya juga kritis. Hanya tanaman padi yang bisa tumbuh. Mungkin  karena  kondisi tanahnya hitam menandung zat besi," tuturnya
    Petani padi sawah tadah hujan melakukan pola pengembangan sawah yang cukup sederhana. Waktu proses pembibitan benih hingga masa panen maksimal 4 bulan. Sedangkan masa pembibitannya dilakukan dengan memperdiksi intesitas hujan yang biasanya bulan ke 3 dan 4. Dalam setahun petani hanya bisa memproduksi padi sekali dalam setahun. Saat panen para petani rata-rata memproduksi 25 karung gabah basah dalam setiap 1 hektar bidang sawah.
    Menurut para petani sawah tadah hujan, hasil produksi padi tidak pernah dijual, melainkan dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari. Karena bersawah dengan sistem pola tadah hujan resiko kerugiannya cukup besar, karena terkadang prediksi petani menanam beni padi tidak sesuai dengan kondisi cuaca. Namun meski demikian petani setempat tidak pernah mengurungkan niat menekuni kegiatan ini.
    Proses penanaman padi dimanjakan petani, supaya lahan tersebut memproduksi sesuai target, harus melalui proses pembibitan selama sebulan. Setelah itu bibit dipindahkan ke sawah. Kemudian dialiri air dengan stok kebutuhan yang cukup. Setelah itu dilakukan beberapakali penyemprotan. Benih padi yang ditanami yakni ciliwung dan impari 8. Jenis padi itu yang bisa tumbuh, alasannya karena cocok dengan kondisi tanah yang kritis seperti desa tersebut.
    Sektor pertanaian merupakan sektor yang paling berperan dalam pembangunan Konawe, utamanya dalam hal produksi beras. Sehingga Konawe mengklaim sebagai Lumbung Beras Sultra. Tahun 2014, Pemerintah Daerah telah melakukan pembukaan areal persawahan sekitar 950 hektar, sehingga total luas sawah di Kabupaten Konawe mencapai sekitar 40.900 hektar. Pada tahun 2016 mendatang Pemda akan kembali membuka areal persawahan baru seluas 3000 hektar.
    "Untuk meningkatkan kuantitas produksi beras maka tahun 2016 akan ada pembukaan sawah baru, sawah-sawah yang selama ini tidak difungsikan karena kurangnya pasokan air, akan dimasukkan pada pencetakan sawah baru tersebut. Disamping mendukung program upaya khusus (Upsus) yang dicanangkan Pemerintah Pusat, Konawe menuju lumbung beras nasional," kata Kadis Pertanian Konawe Ir. Syahruddin
    Sementara Bupati, Konawe Kery Saiful Konggoasa mengaku akan terus  mendorog kegiatan pertanian di Kabupaten Konawe. Pihaknya berjanji akan terus menyediakan fasilitas pertanian, supaya para petani dapat lebih giat membuka lahan persawahan. Ia, berharap hasil panen di Konawe terus meningkat dengan adanya dukungan dan sumber dana dari program UPSUS, melalui kegiatan perbaikan jaringan irigasi dan bantuan pupuk GPTT dirinya optimis akan lebih meningkatkan produktifitas padi di Konawe. Bupati juga berharap agar petani untuk tidak ragu menananm padi pada musim kemarau, karena hal ini bisa mempermudah pengendalian hama dan pelaksanaan penyuluhan.
    "kalau sudah masuk musim penanaman maka tidak ada lagi alasan untuk tidak melakukan penanaman secara serentak dengan alasan tunggu musim hujan atau apa, karena tidak semua sawah yang alami kekeringan. Dengan upaya pola tanam ini diharapkan dapat memberikan semangat kepada petani dalam menanam padi secara bersama-sama untuk mengurangi resiko hama. petani juga harus pandai memilih bibit unggul sehingga tahan hama dan dapat menghasilkan padi lebih banyak," jelasnya

Related

FICTURE 5514530191456419334

Posting Komentar

emo-but-icon

Hot in week

Recent

http://blognyadhedhykp.blogspot.com/2015/03/tracking-climbing-dan-caving-di-sawapudo.html

Comments

http://blognyadhedhykp.blogspot.com/2015/03/tracking-climbing-dan-caving-di-sawapudo.html

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item