Kecamatan Latoma, Kampung Tua Yang Masih Primitif

Penulis : Dedi Finafiskar Kabupaten Konawe kini sudah menginjak usia 56 tahun, namun dengan usai yang matang itu, masih ada sejumlah daer...


Penulis : Dedi Finafiskar

Kabupaten Konawe kini sudah menginjak usia 56 tahun, namun dengan usai yang matang itu, masih ada sejumlah daerah di Konawe yang kehidupannya masih memprihatinkan, seperti di Kecamatan Latoma. Kampung tua yang memendam beragam sejarah berlahan padam, kampung tersebut akan ramai jika Musim politik telah tiba. Janji manis para pigur seakan menjadi hal yang menarik, tapi kenyataannya tidak pernah direalisasikan.
    Kecamatan Latoma merupakan daerah yang hampir menyerupai Kecamatan Routa, sama-sama terisolir. Di tempat ini belum semua tersentuh oleh manisnya pembangunan. Beragam suka cita terpendam di daerah terisolir itu, bagi warga setempat, aspal, listrik dan sinyal handphone seperti barang langka yang tidak mungkin didapatkan. Akses ke kampung ini hanya jalan tanah, dan keluar masuk hutan. Untuk masuk ke daerah tersebut membutuhkan waktu sekitar 4 Jam dengan menggunakan motor untuk bisa mencapai Latoma.
    Kecamatan Latoma merupakan salah satu Kecamatan yang berada di bagian barat Kabupaten Konawe yang terbentuk pada tahun 2003, jika dilihat dari segi kependudukan wilayah Kecamatan Latoma mempunyai wilayah yang sangat luas dan penduduk yang sangat kurang, dengan luas wilayah termasuk hutan negara sebesar 93.634 Ha atau sekitar 14,05 persen dari luas wilayah Kabupaten Konawe yang bergunung dan berbukit dan jumlah penduduk 2.549 jiwa. Kecamatan Latoma dengan ibukotanya Kelurahan Waworaha berjarak 82 Km dari Kota Unaaha (ibukota Kabupaten Konawe. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Asera, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ueesi Kabupaten Kolaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Asinua, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Routa.
    Suasana Kelurahan Latoma sekitar pukul 11.30 Wita, terasa sangat sepi. Tidak nampak ada aktifitas, karja jam-jam tersebut merupakan waktu untuk mencari uang di ladang pertanian. Warga Latoma memang masyarakatnya memiliki ikatan kekeluargaan yang baik, sopan santun terhadap tamu dan selalu memiliki muka yang cerah. Walaupun jalan tanah yang kini menjadi jalan utama warga Latoma kini rusak berat. Harapan besar kepada pemerintah, baik itu Daerah, maupun Provinsi segera perbaiki jalan tersebut. Apalagi sekarang mulai masuk musim hujan, medan jalan sulit dilewati akibat lumpur.
    Setiap tahun, permasalahan Jalan selalu menjadi keluhan baik itu dalam Musrembang maupun Reses yang dilakukan anggota DPRD, tapi tidak ada perubahan yang terlihat mengenai perbaikan jalan. Setiap kali hujan, jalan selalu licin, tai musim kemarau warga terpaksa makan debu. "Hanya janji-janji Politik yang kami dengar, Musim politik tiba, banyak mi mobil yang masuk cari suara disini, kita dijanji kehidupan akan disejahterakan, perbaikan jalan, sekolah air bersih. Tapi mana janji-janji itu. Bahkan setiap tahun ada anggota DPRD yang reses di daerah Kami, kondisi jalan terus kami keluhkan, mereka bilang akan memperjuangkan keluhan kami, tapi sampai sekarang jalannya begini-begini saja," keluh Warga Setempat Nasrudin.
    Akibat jalan rusak dan licin, dirinya dan beberapa warga sering terjatuh di jalan licin tersebut, karena para pengguna jalan sering merebutkan jalan yang tidak licin. "Kalau tidak salah ini ada sekitar 3 kilo jalan rusaknya begini. Kalau begini terus kondisinya, tidak lama mi kita tanamkan saja pohon pisang di tengah jalan. Saya ini baru-baru jatuh kemarin, ini kaki jadi bengkak gara-gara jatuh," ujar Pria yang mengaku pernah menjadi Kepala Desa di Kecamatan Padangguni itu, sambil pemperlihatkan kakinya yang bengkak akibat jatuh dari motor.
    Di daerah ini, pada umumnya harga barang yang dijual dipasaran sangat mahal sekali dibandingkan harga yang semestinya. Misalnya, bensin dengan harga 15 ribu-20 ribu, harga rokok yang mencapai Rp 20 ribu-an, Itu memang tidak bisa dipungkiri, karena permasalahan jarak tempuh dan waktu yang dihabiskan untuk mengantarkan bahan dan pangan ke daerah ini. Begitu juga halnya dengan bensin dan semen untuk bahan rumah warga sangat mahal bahkan tidak terjangkau juga oleh pembeli. Makanya, rumah warga di Latoma banyak rumah kayu dan tidak seperti rumah mewah lainnya. Semuanya berprofesi sebagai petani, penggarap kebun orang lain dan ada juga yang memiliki lahan peladangan, namun jumlahnya tidak banyak dan juga tidak luas. Kalau yang punya ladang, hasilnya paling untuk hidup sehar-hari, itupun kalau hasil ladangnya baik.
    Kalau siang, kampung ini seperti mati. Semua penghuni pergi bekerja, lokasinya ke dalam rimba dan jauh. Walaupun demikian harapan warga setempat belum putus, Mereka masih memohon perhatian agar pemerintah membangun jalan dari Ibukota Unaaha hingga di Latoma. Karena dengan tidak adanya akses jalan, generasi muda di Latoma tidak menyentuh pendidikan hingga jenjang tinggi. Seperti kebutuhan jalan, warga Latoma juga mengharapkan fasilitas air bersih. Mereka tidak peduli harus dari PDAM ataupun sulingan langsung dari mata air, yang pasti kebutuhan terhadap air bersih menjadi kebutuhan primer. Warga sekitar selama ini hanya menggantungkan air minum dari mata air pegunungan.
    Dari segi pendidikan, kurangnya perhatian pemerintah setempat, SDM warga Latoma hingga kini juga masih terbelakang. Pada tahun ajaran 2013/2014 tercatat 9 sekolah dasar dengan 527 murid dan 67 orang tenaga pengajar dan 2 unit SMP, Sedangkan SMA belum ada di Kecamatan Latoma. Sehingga anak-anak ketika tamat SMP di Kecamatan Latoma, mereka melanjutkan pendidikan di luar Kecamatan seperti Kecamatan Unaaha dan Kecamatan Uluiwoi (Kolaka Timur)
    Pelayanan kesehatan secara merata, mudah, dan terjangkau adalah dambaan seluruh Warga Latoma. Untuk meningkatkan pelayanan tersebut, pemerintah telah menyediakan berbagai sarana dan prasarana kesehatan, dengan satu unit puskesmas dan empat unit puskesmas pembantu. Tapi karena kurangnya tenaga medis maka itulah yang menjadi kesulitan bagi masyarakat untuk berobat di sarana kesehatan tersebut, sebagian besar masyarakat lebih memilih berobat di Kolaka Timur atau Unaaha.
    Sementara untuk jenis tanaman yang sangat potensial diusahakan di Kecamatan Latoma adalah kakao, nilam, Kelapa , Kopi, dan Sagu. Selain itu terdapat pula tanaman pangan yang juga diusahakan adalah padi ladang, kacang tanah, dan jagung. Luas Lahan Kakao sekitar 10.000 Hektar, Kepala 11.000 hektar, Kopi 6.500 hektar, Sagu 500 Hektar, dan Nilam 100 hektar. Selama ini produksi tanaman bahan makanan yang diusahakan oleh penduduk Kecamatan Latoma digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Warga juga tetap mengusahakan tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan, untuk tanaman sayuran seperti sayur bayam, kacang panjang, terong, labu, daun ubi. Hasil sayur tersebut sering dipasarkan baik di dalam maupun di luar kecamatan.
    Sampai saat ini Listrik belum menembus wilayah Latoma. Upaya pembangunan di sektor penerangan ditunjang dengan tenaga surya. Dari 585 rumah tangga, 294 rumah tangga telah menikmati penerangan listrik non PLN tersebut, dan 291 rumah tangga masih menggunakan lampu pelita sebagai penerangan utama. "Untuk keperluan memasak, kami masih menggunakan bahan bakar kayu dari kayu. Karena minyak tanah sering langkah di daerah kami," ujar Warga Latoma Yusuf Laumara
    Warga yang akrab disapa Atub itu menjelaskan, seluruh Desa/Kelurahan di Kecamatan Latoma belum bisa mengakses telpon maupun signal handphone (HP). Meski demikian, terdapat SSB di kantor camat yang dapat diakses, meskipun kondisinya tidak normal. Dan sebagian kecil masyarakat Latoma telah menikmati siaran TV dengan menggunakan aliran listrik non PLN. "Kehidupan yang terisolir seperti ini, membuat warga di Daerah Kami tidak tersentuh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terlebih anak-anak, yang tidak tahu menahu masalah internet itu apalagi main game online, karena itu merupakan sesuatu yang langkah," jelasnya.
    Keluhan masyarakat mengenai infratruktur Jalan di Sejumlah Kecamatan termasuk di Latoma, telah direspon Pemda Konawe. Pasalnya tahun ini Pemda bakal merealisasi proyek pengaspalan jalan sejauh 100 kilometer, yang menjadi prioritas jalan dari Kec Abuki hingga di Latoma, sehingga jalan-jalan yang awalnya berlubang dan berdebu akan terlihat mulus.
    "Proyek pengaspalan jalan sejauh 100 km lebih akan dianggarkan sebesar Rp 160 Miliar yang bersumber Dana Alokasi Khusus (DAK), dan jumlah tersebut sudah termasuk perbaikan infrastruktur lainnya seperti pembangunan jembatan dan drainase. 50 kilometer kita usahakan di wilayah Unaaha, Kemudian 50 kilometer sisanya tersebar merata di beberapa kecamatan yang ada seperti Kecamatan Abuki, dan Latoma,"jelas Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa
    Bupati mengaku prihatin dengan kondisi jalan yang kerap di keluhkan Warga, dirinya mengakui pembangunan infrastruktur masih sangat minim, namun dirinya mengaku optimis akan akan berupaya mengoptimalkan hal tersebut, demi mendorong pertumbuhan ekonomi di Konawe. "Insya allah tahun ini kita akan memperbaiki berbagai sarana dan prasarana infrastruktur hingga ke pelosok, seperti jalan, jembatan dan drainase. Tapi waktu berbaikan infrastruktut masih direncanakan dulu, tapi yang jelas tahun ini kita akan mengambil tindakan cepat untuk menyelesaikannya. Mengenai jalan provinsi, kita akan koordinasikan dengan pihak Pemprov," tutupnya.

Related

FICTURE 8501269996182825204

Posting Komentar

emo-but-icon

Hot in week

Recent

http://blognyadhedhykp.blogspot.com/2015/03/tracking-climbing-dan-caving-di-sawapudo.html

Comments

http://blognyadhedhykp.blogspot.com/2015/03/tracking-climbing-dan-caving-di-sawapudo.html

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item