Menelusuri "Kampung Setan" di Gunung Lalombonda, Konawe
--Ada Danau di Puncak, Tersesat Bisa Berhari-hari-- Gunung dan gugusan bukitan di Konawe kini semua sudah berubah jadi areal perkebuna...
https://blognyadhedhykp.blogspot.com/2015/03/menelusuri-kampung-setan-di-gunung_13.html
--Ada Danau di Puncak, Tersesat Bisa Berhari-hari--
Gunung dan gugusan bukitan di Konawe kini semua sudah berubah jadi areal perkebunan sawit. Yang tersisa tinggal Gunung Lalombonda, dengan beragam cerita uniknya. Gunung itu memiliki ketinggian hampir 1000 meter diatas Permukaan laut (Mdpl).
Dedi Finafiskar, Unaaha -
Beranikah anda datang dan mengunjungi “kampung setan”? Ataukah maukah anda ke puncak gunung yang ada kampung setannya? Bagi yang pemberani dan rasa ingin tahunya tinggi, pertanyaan itu bisa menjadi motivasi untuk melakukan pendakian guna menghadapi tantangan tersebut. Seperti itulah penggambaran masyarakat tentang Gunung Lalombonda.
Beragam cerita mistis muncul di balik keindahan Gunung yang terletak di Kecamatan Meluhu dan dan Amonggedo itu. Banyak pegiat alam ingin menelusurinya. Bahkan beberapa pekan lalu Mahasiswa Fakultas Geologi Universitas Halu Oleo (UHO) berencana membuat kegiatan Cros Country atau semacam kegiatan alam terbuka. Tanpa persiapan matang, mereka memulai pendakian. Baru sekitar 5 kilo meter, enam mahaiswa itu kelelahan lalu memutuskan untuk beristirahat. Belum sempat melanjutkan perjalan, tiba-tiba saja hujan lebat turun. Perlengkapan hancur akibat hujan. Sialnya, peta yang mereka gunakan untuk menentukan arah perjalanan ikut hancur akibat hujan.
"Tujuan kami melakukan pendakian untuk mengecek jalur yang nantinya akan dijadikan sebagai tempat kegiatan alam terbuka. Perkiraan kami hanya butuh waktu 2 jam, sehingga persediaan makanan hanya sehari saja," kata Tri Mulya, salah seorang mahasiswa yang ikut rombongan itu.
Setelah 24 jam tak bisa mencari arah, mereka memutuskan mencari pertolongan. Hingga akhirnya para pendaki amatiran itu bisa diselamatkan oleh Tim Gabungan Polres Konawe, SAR Kendari, TNI, dan BPBD Konawe. "Kami kesulitan air disana (pengunungan,red) sehingga kami memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan apalagi kondisi yang tidak memungkinkan," ceritanya usai dievakuasi
Tiga tahun lalu, gabungan pegiat alam Konawe pernah mengalami hal serupa, bahkan para pegiat alam yang berjumlah 9 orang itu harus berputar-putar di Gunung Lalombonda selama sepekan. Salah seorang mahasiswa pernah menantang ankernya Gunung Lalombada, Ardin, mengaku sebelum melakukan pendakian, cerita mistis tentang gunung itu sudah sering mereka dengar. Namun, karena rasa penasaran melihat lautan di atas puncak gunung membuat mereka bertekad melakukan pendakian. Star dari Desa Analahumbuti melintasi pegunungan dan rawa menuju Kecamatan Meluhu, setiba di kaki gunung Lalombonda mereka menginap di hutan guna mencukupi persedian makan dan air mereka sebelum menuju puncak. Agar perjalanan tidak menganggu “penghuni” hutan, setiap memasuki daerah rimbun, para pendaki ini selalu “permisi”.
Saat perjalanan mereka untuk mencapai setengah pengunungan, tiba-tiba langkah mereka terhenti oleh suara gemuruh air yang lantang terdengar. Untuk memastikannya salah satu teman mereka berusaha memanjat pohon untuk melihat tanda-tanda air yang berdentum keras itu, memang dari atas pohon suara air itu semakin keras terdengar. Mereka memutuskan mendekati suara air tersebut. Setelah melewati lembah sekali, tiba-tiba saja suara air menghilang. Setelah mengintari lembah selama sejam, mereka kaget dan saling melongo satu sama lain, karena mereka kembali ke tempat semula saat mereka mendengar suara air. Saat itu, hari mulai gelap hingga mereka memutuskan bermalam di pinggir kali. Mereka memutuskan menginap di sebuah rumah kebun yang diduga tempat para pembalak liar. Pada malam hari keanehan pun muncul. Tiba-tiba riuhan masyarakat terdengar yang semakin mendekat, beberapa menit berselang suara tersebut tiba-tiba menghilang dan diganti dengan letusan senapan yang berbunyi sekitar 7 kali. Tidak ada ketakutan dalam diri mereka, karena sebelum melakukan pendakian mereka sudah pernah mendengar cerita dari para orang tua yang mengatakan keangkeran Gunung Lalombonda, dan Lalombonda dikenal juga dengan kampung setan.
Ke 9 pendaki itu memang tidak berhasil sampai di puncak seperti dari tujuan awal. Melihat persedian makanan mereka sudah menipis, sembilan mahasiswa itu memutuskan mencari perkampungan dengan menulusuri sungai. Sekitar 7 kilo meter mengikuti sungai, para pendaki itu langsung kegirangan saat mendapati daerah perasawahan milik warga di Kecamatan Amonggedo.
“Perjalanan ke puncak gunung merupakan tantangan yang tidak bisa dinilai dengan uang. Selama perjalanan kami dibumbui dengan suatu kejadian yang berlangsung di luar nalar. Ini pengalaman yang tak akan pernah bisa dilupakan," jelasnya
Keangkeran Gunung Lalombonda juga sudah diakui oleh warga sekitar di perkampungan di kawasan kaki gunungnya. Banyak cerita dan hal mistik yang berkembang dari setiap kejadian yang pernah terjadi di gunung tersebut. Tersesat di Gunung Lalombonda juga dialami penebang pohon dan pencari rotan. Mereka juga menemukan hal-hal mistik. Salah satunya gerombolan kerbau yang berada diatas gunung serta danau yang menyerupai laut yang luasnya menghampiri stadion lapangan bola.
Emin, warga Meluhu mengatakan, menurut cerita dari sebagai pencari rotan di Meluhu, pegunungan itu kerap dijadikan tempat untuk mencari rotan. Banyak pencari rotan yang tersesat dalam hutan Meluhu yang berada di bawah kaki gunung Lalombonda, namun para pencari rotan ini selalu pulang dengan selamat meskipun berminggu-minggu tersesat di hutan.
"Beberapa pencari rotan sering bercerita, hanya keadaan tertentu saja baru bisa melihat keunikan dalam hutan termasuk melihat danau yang amat luas yang bisa membagi beberapa sungai yang mengalir di beberapa tempat," katanya
Cerita adanya Kampung Setan di Gunung Lalombonda bukan mitos semata, dan hanya sedikit saja orang yang bisa melihat kampung setan secara langsung. Keangkeran Gunung Lalombonda sudah terdengar dari tahun ketahun, bahkan banyak ternak warga yang dilaporkan hilang, tapi lama kelamaan muncul dan tiba-tiba saja menghilang kembali. Tersiar kabar bahwa banyak ternak seperti sapi, kerbau lari ke Gunung Lalombonda.