Menguak Bisnis "Selimut tidur" Terselubung di PJR Pondidaha, Konawe

    Praktik prostitusi punya banyak modus yang berbeda-beda, tapi motivasinya pasti mengenai masalah  rupiah dan kadang  tidak mengenal tem...


    Praktik prostitusi punya banyak modus yang berbeda-beda, tapi motivasinya pasti mengenai masalah  rupiah dan kadang  tidak mengenal tempat, deretan penjaul jagung rebus (PJR) yang berada di Kecatan Pondidaha Kabupaten Konawe menyimpan cerita menarik, gadis-gadis belia yang berprofesi sebagai penjaul jagung punya profesi tambahan, mereka menjadi "selimut tidur" untur para lelaki yang doyan jajanan seks.
Penulis : Dedi Finafiskar

    Penjual Jagung Rebus (PJR) merupakan salah satu Wisata Kuliner yang berada di Kabupaten Konawe yang bertempat di Kecamatan Pondidaha, letaknya yang strategis berada di sepanjang jalan Poros Pondidaha sehingga bagi anda yang berkunjung ke Kab.Konawe akan melalui wisata kuliner tersebut. Namun, beberapa tahun terakhir ini perkembangan PJR sangat pesat, ribuan penjual berusaha menarik pembeli dengan berbagai cara bahkan wanita-wanita seksi pun mulai dipekerjakan untuk menarik minat pembeli.
        Sehingga kawasan yang selalu ramai disinggahi itu, sudah kerap dikunjungi para lelaki pencari sensasi seks. Transaksi seks yang dijajalkan seperti ini ternyata jauh berbeda dari yang ada di tempat-tempat prostitusi lainnya. Bedanya, hanya kemasan dan proses transaksi yang harus dilewati. Seks terselubung, menurut pengakuan sejumlah pelaku atau wanita yang menjalani pekerjaan itu, yang membedakan hanyalah pada mereka menjalankan. Model ini antara lain dijalankan lewat hubungan komunikasi yang harus dibangun terlebih dahulu. Untuk berkencan, harus lewat janjian yang mengikat. Bisa lewat komunikasi telepon ataupun SMS yang terus berlanjut. Kemudian mengenal lebih jauh pribadi masing-masing ataupun mengenali jaringan yang dibangun hingga ada kecocokan fisik dan perasaan.
    Praktik prostitusi di PJR ini tidak terlalu mencolok, para perempuan pekerja seks komersial (PSK) tidak menjajakan dirinya dengan berdiri di pinggir-pinggir jalan dan mengenakan baju seksi seperti halnya prostitusi jalanan di tempat lain. Mereka tinggal memperlihatkan kemolekkan tubuhnya sambil membuka tutup panci tempat beradanya jangung-jangung yang dijual, bahkan ada juga beberapa penjaga yang tubuhnya pun terbalut baju yang terkadang tidak terlalu seksi sehingga tidak ada yang mengira mereka menjajakan kepuasan nafsu.
    Para lelaki yang sudah tahu keberadaan mereka biasanya akan melajukan kendaraan secara pelan-pelan di seputaran PJR itu, para wanita penjaga jagung akan berusaha membuka tutup panci sambil berteriak dengan nada nakal. "jagung mas..jangung mas" teriak mereka sambil memunculkan senyum terbaik mereka. Mengenali jaringan mereka bisa lewat teman yang telah memiliki nomor ponselnya. Atau, melalui orang kepercayaan hingga bisa masuk ke dalam lingkaran pergaulan mereka. Yang sudah terbiasa berkomunikasi lewat ponsel, cukup mencari waktu luang untuk menjemput wanita tersebut, selanjut dibawah menuju tempat seperti hotel atau penginapan setelah cocok harga barulah terjadi kata Deal.
    Berdasarkan pengakuan salah satu wanita yang masuk dalam lingkaran bisnis seks terselubung, yang paling dominan karena mereka butuh tambahan biaya untuk memenuhi gaya hidupnya. Biaya dari orangtua tidak sanggup lagi melunasi hasrat untuk mereguk segala kebutuhan.
 "Kadang uangnya dibelikan untuk kebutuhan seperti beli pulsa atau kebutuhan lainnya , Saya lebih gelisah kalau ponsel tidak ada pulsanya daripada menahan lapar," ujar LN (22)
    Dia bercerita, dirinya dengan yang lain bekerja sebagai penjual jagung dengan gaji sekitar Rp 400 ribu perbulan, namun jika ada yang mengajak kencan dan cocok, bisa terus berlanjut. Mengenai tarifnya dirinya tidak memasang tarif, yang penting ada kococokan tidak ada masalah, kadang jug tarif yang harus dibayar setiap kali kencang itu bervariasi bisa Rp 100-500 ribu. Tapi hitungan tarif kadang juga tergantung pada siapa yang mengajak. Jika dari kalangan pria dengan kantong tebal dan umurnya terlalu jauh, tarifnya tentu menyesuaikan status sosial yang disandangnya.
    Wanita lainnya D (20) mengaku tidak pernah menawarkan harga yang mahal kepada para lelaki yang membutuhkan jasanya. Jika beruntung, ia bisa menawarkan harga Rp 200 ribu. D sendiri mengaku sudah melakukan pekerjaan ini sejak usia 15 tahun. Pertama kali keperawanannya dijual karena ia yang dulunya berada di keluarga yang berkecukupan yang ingin memiliki sebuah handphone, tapi karena tidak punya uang sehingga terpaksa terjun kedunia
hitam. 
    "Ingin punya HP, tapi tidak punya uang, saat itu ada tawaran teman diajak om-om jalan di Kota Kendari nanti dikasih HP. Ya mau saja karena waktu itu saya juga masih kecil. Ternyata tidak diberi HP, tapi diberi uang.dan uang itu saya belikanmi HP," kisahnya
    Hari mulai beranjak gelap, rintik air hujan dari langit mulai berjatuhan, sekitar 100 meter mobil avanza berwarna hitam mulai memelankan lajunya, perlahan mulai merapat ke salah satu warung PJR, dua orang pemuda paruhbaya dengan rokok ditangan kanan tampak keluar dari dalam mobil, keduanya berlari-lari kecil masuk ke dalam warung PJR menghindari gerimis hujan.
    Pria berambut pendek berkulit putih memesan jangung putih dan dua gelas teh panas kepada dua penjaga wanita yang berpakaian seksi, dengan senyuman wanita berpakain putih langsung menuju kedalam warung untuk memenuhi pesanan dua pemuda tersebut, dari belakang wanita berbaju putih memperlihatkan kemolekkan tubuhnya yang aduhai, bahkan celana "segitiga" terlihat jelas dari arah belakang, langkahnya yang lengak-lenggok membuat dua pria tersebut seakan menelan ludah.
    Setelah pesanan telah tiba, dua lelaki itu mencoba mengajak kenalan pada wanita rambut panjang berbaju putih itu, mereka sambil tukar-tukar nomor bahkan saling invite BBM. Setelah sudah akrab lewat HP, mereka lalu janjian mengajak wanita tersebut ke kendari untuk ditemani karaokean, wanita tersebut mengiyahkan saja, karena ajakan ke kendari dari beberapa lelaki sudah biasa di lakukannya, bahkan mengajaknya pun bermalam tidak ada masalah buat si wanita tersebut.  
    RD (29) Warga Unaaha yang sudah biasa mengencani wanita-wanita di PJR menceritakan awal mula kebiasaannya mengajak wanita PJR. Saat itu, dirinya hendak dari kendari pulang ke Unaaha, pas di PJR ia hendak beristirahat dan PJR menjadi tempat tujuannya. Selain bisa minum teh panas, dia juga bisa memesan jagung rebus. Dirinya yang vokal itu, kerap berusaha merayu wanita penjaga PJR. Sehingga dirinya berhasil tukaran nomor HP dengan salah satu penjaga PJR, saat hendak ke kendari ia sering mengajak wanita tersebut untuk menemaninya, bahkan hingga dua hari.
    "Kalau sudah akrab mi mereka itu, sudah bisa diajak jalan. Kemana aja mereka mau asalkan kita juga harus mengerti kepada mereka. Ada juga yang sengaja pacaran kepada mereka, supaya bebas ajak jalan. Saya liat itu perempuannya disitu bukan saja karena kebutuhan ekonomi, tapi karena ada kemauan, karena ada beberapa perempuan itu bapaknya PNS tapi sering mangkal di PJR," katanya
    Meskipun PJR sudah menjadi tempat esek-esek, namun tidak semua warung PJR yang mempekerjakan wanita-wanita seksi untuk menarik minat pembeli, karena ada juga beberapa warung yang tetap dijaga wanita tua, tapi sangat sepi pembeli, terkadang yang menjadi pelanggan hanya orang-orang berkeluarga.
     Merebaknya isu negatif tentang PJR, diakui Camat Pondidaha, Muhamaad Nur. Menurutnya, untuk mengantisifasi hal ini, pihaknya telah membuat memberlakukan aturan baru mengenai kostum para pedagang agar tidak memakai pakaian seksi saat menjajakan jualannya. "Tidak dibolehkan lagi pakai baju yang seksi yang bisa memancing pikiran negatif pembeli atau siapapun yang lewat disitu," jelansya
    Sebelum disepakatinya peraturan desa (perdes) larang berbaju seksi, dirinya kerap menjumpai para pedagang yang didominasi wanita remaja berpakaian sedikit terbuka, agar jaualan menjadi laris. "dalam aturan yang disepakati, ditegaskan agar para penjual menghormati aturan tersebut. Kalau dilanggar tentunya akan ada sanksi sosial. Kita berharap dengan adanya aturan tersebut bisa mengembalikan citra PJR sebagai kawasan wisata kuliner khas Kabupaten Konawe," tandasnya.

Related

NEWS 5183502263849334627

Posting Komentar

emo-but-icon

Hot in week

Recent

http://blognyadhedhykp.blogspot.com/2015/03/tracking-climbing-dan-caving-di-sawapudo.html

Comments

http://blognyadhedhykp.blogspot.com/2015/03/tracking-climbing-dan-caving-di-sawapudo.html

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item