Duka Korban Banjir Warga Desa Dawi-dawi, Konawe.

Akibat Tanggul jebol, puluhan rumah warga di Desa Dawi-dawi Kecamatan Wonggeduku terendam banjir hingga 4 meter. Meskipun pemerintah setem...

Akibat Tanggul jebol, puluhan rumah warga di Desa Dawi-dawi Kecamatan Wonggeduku terendam banjir hingga 4 meter. Meskipun pemerintah setempat sudah mengantiifasi penutupan tanggul secara manual, namun warga tetap berharap agar tanggul yang menghubungkan lahan pertanian dengan sungai Konaweeha segera ditutup permanen, agar jebol tanggul susulan tidak terjadi lagi (foto/dedi Kp)


    Bencana banjir yang melanda Kecamatan Wonggeduku khususnya Desa Dawi-dawi, merupakan bencana yang tidak pernah diduga datangnya, betapa tidak tanaman padi ratusan hektar yang baru berumur dua minggu dan tanaman Palawija yang siap panen tiba-tiba rusak akibat luapan air Sungai Konaweeha yang membobol bendungan di dekat pemukiman warga. Padahal lahan pertanian merupakan "ladang uang" bagi warga setempat. mereka hanya mengggantungkan hidup di sektor pertanian.

Dedi Finafiskar
    Sekitar pukul 03.40 wita Warga dikagetkan dengan suasana dingin, saat membuka mata dari istrahat malam, warga dibuat pusing tujuh keliling. Sebab luapan air Sungai Konaweeha tiba-tia masuk tanpa permisi di pemukiman warga. Suasana saat ini menjadi gaduh, warga langsung bergegas menyelamatkan harta benda mereka karena air dalam hitungan menit semakin naik. Warga langsung bergegas menuju lokasi tanggul untuk memastikan dari mana arah air masuk, saat bendungan dicek ternyata air semakin mengamuk, bendungan sudah jebol sekitar 30 meter, bambu-bambu yang ditancap dan karung yang berisi tanah sudah ikut terseret arus yang deras, hanya hitungan jam sekitar 80 hektar sawah milik warga berubah menjadi lautan.
    Warga yang sadar akan bahaya banjir, dibuat tidak bisa bersantai, mereka berusaha menyelamatkan ternak mereka sejenis kambing, itik, ayam dan bebek dengan membuatkan tempat yang lebih aman dari papan. Karena kesigapan warga tidak ada ternak warga yang terseret arus. Sementara warga lainnya juga berusaha panen dadakan sebelum pada tanaman yang belum tersentuh air.
    Sekitar pukul 15.00 wita, air benar-benar menggenangi seluruh desa Dawi-dawi, warga pun kembali sibuk dengan membuat perahu dari alat seadanya, dan sebagain warga pun memanfaatkan situasi ini dengan memasang pukat untuk mencari ikan untuk bekal pada malam hari. Saat itu warga hanya mengandalkan mie instan untuk mengisi perut mereka, karena dapur warga sudah digenangi air, Dan Pemerintah Daerah Pun terlihat masih cuek, karena tidak ada upaya membantu warga dalam hal evakuasi. Pada hari kedua, banjir semakin membesar air semakin naik hingga 1-4 meter aktifitas benar-benar lumpuh, dan barulah pemerintah mau turun memberikan bantuan berupa beras, telur dan mie instan.
    Sutri, Warga Desa Dawi-dawi Kecamatan Wonggeduku tidak pernah menyangka tanaman Cabe dan Tomat miliknya yang siap panen, tiba-tiba menghilang dari daratan, akibat banjir yang melanda Desanya pada rabu (6/5) lalu. Betapa tidak sumber penghasilan untuk menafkahi keluarganya hanya bersumber dari sektor pertanian saja. Sambil menyelamatkan perabot rumah tangganya dari rendaman air, Sutri sempat meneteskan air mata kala mengingat tanamannya yang biasa menghasilkan hingga ratusan jutaan rupiah dari hasil penjualannya. "Sawah saya baru berusia 2 minggu rusak pada saat banjir itu, kami sekeluarga sangat sedih karena biaya ekonomi dan biaya sekolah anak-anak hanya bersumber dari hasil panen, lantas kalau sumber penghasil hilang kita mau ambil dari mana lagi," ceritanya
    Banjir akibat tanggul jebol tidak hanya merugikan materi, Waktu dan tenaga juga terbuang sia-sia, karena saat terjadi banjir tidak banyak yang dilakukan warga selain menyelamatkan keluarga dan harta benda. Warga yang rumahnya terendam terpaksa harus mengungsi ke tempat yang lebih aman di posko pengungsian, meskipun ada juga sebagai warga yang memilih bertahan. Selain itu mereka juga tak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. Dengan kondisi itupula mereka hidup dalam keterbatasaan sambil menunggu banjir reda.     Desa Dawidawi dengan jumlah 186 Kepala Keluarga merupakan kampung yang rentan terjadi banjir, betapa tidak aliaran sungai Konaweeha sangat dengat dengan area persawah dan pemukiman warga, ditambah lagi pemukiman warga hanya dibatasi tanggul non permanen dengan Sungai Konaweeha yang sewaktu waktu tanggul tersebut bisa langsung jebol jika air sungai Konaweeha sedang membesar, terhitung jebolnya tanggul sudah terjadi untuk yang ketiga kali.
    Meskipun Banjir yang melanda Desa Dawi-dawi dan desa-desa tetangga sudah surut akibat ditutupnya tanggul tersebut, warga masih harap-harap cemas karena sewaktu-waktu jebol tanggul susulan bisa saja terulang kembali jika tidak ada upaya pemerintah melakukan pengerjaan secara permanen pada tanggul tersebut. Mengingat dalam sepekan terakhir ini Konawe mulai diintai cuaca ekstrem.
    Kepala Desa Dawi-dawi Amrin, yang kerap menampung curhat warganya menjelaskan, warga masih merasa resah karena selama tiga hari terakhir ini hujan mulai turun, dan ditakutkan air suangai Konaweeha akan kembali naik. "Meskipun pihak Balai Sungai Sulawesi sudah membendung tanggul secara manual, tapi warga masih takut tanggul jebol akan terjadi lagi jika tidak segera dikerjakan secara pernanen. Sehingga warga mengharapkan kepada pemerintah agar memikirkan nasib mereka secepatnya, sebelum musibah serupa kembali terjadi," tuturnya
    Air sudah surut, warga kembali beraktifitas dengan membersihkan rumah mereka dari lumpur. Tapi ketenangan warga masih terusik dengan lumpur yang mencemari sumur mereka, akibatnya warga tidak bisa mengambil air bersih untuk keperluan memasak. Sumur keruh, warga terpaksa harus membeli air mineral di warung-warung untuk keperluan memasak. Warga masih kesal dan menanti janji Pemerintah Daerah Konawe yang menjanjikan akan menyalurkan air bersih tapi hal ini tidak kunjung datang-datang.  "Air bersih yang dijanjikan tidak kunjung datang, karena sampai hari ini warga masih menunggu janji pemerintah untuk menyalurkan air besih. Warga kerap menanyakan pada saya kenapa air bersihnya belum ada, padahal sekda waktu itu janji akan salurkan air bersih, sebab sumur warga belum bisa digunakan untuk keperluan air bersih dengan alasan masih keruh dan berlumpur," lanjut Kades Daw-dawi
    Tidak adanya ternak milik warga yang hilang, hal ini dikarenakan pihak Polres Konawe bersedia menjadi "penjaga" ternak warga korban banjir, setelah melakukan evakuasi warga di pengungsian. Polisi yang berada dilokasi banjir melakukan sisten ronda tiga am sekali secara bergantian. Dengan menggunakan perahu karet, aparat kopilisian melakukan ronda keliling pada rumah warga yang ditinggal pemiliknya dipengsian, sehingga warga tidak ragu meninggalkan rumah karena polisi saat melakukan evakuasi polisi siap membantu warga untuk menjaga harta benda mereka dari perbuatan oknum yang tidak bertanggungjawab.
    "Awalnya warga tidak mau dievakuasi mereka bertahan tinggal dirumahnya meskipun air sudah mencapai 4 meter, tapi dengan usaha kami yakin kepada warga akan sangat beresiko jika terus menerus bersada dalam kondisi banjir. Saat itu mereka bersalan takut meninggalkan ternak, tapi kami menyakinkan mereka, bahwa polisi siap menjaga selama 24 jam ternak mereka. Dan sesuai komitmen kami pada warga, personil diarahkan untuk secara mobile melakukan survey dirumah-rumah warga yang tergenang air," ungkap Wakapolres Konawe, Kompol Danang Kuswoyo
    Air sudah surut, warga kembali beraktifitas dengan membersihkan rumah mereka dari lumpur. Tapi ketenangan warga masih terusik dengan lumpur yang mencemari sumur mereka, akibatnya warga tidak bisa mengambil air bersih untuk keperluan memasak. Sumur keruh, warga terpaksa harus membeli air mineral di warung-warung untuk keperluan memasak. Warga masih kesal dan menanti janji Pemerintah Daerah Konawe yang menjanjikan akan menyalurkan air bersih tapi hal ini tidak kunjung datang-datang.  "Air bersih yang dijanjikan tidak kunjung datang, karena sampai hari ini warga masih menunggu janji pemerintah untuk menyalurkan air besih. Warga kerap menanyakan pada saya kenapa air bersihnya belum ada, padahal sekda waktu itu janji akan salurkan air bersih, sebab sumur warga belum bisa digunakan untuk keperluan air bersih dengan alasan masih keruh dan berlumpur," lanjut Kades Daw-dawi
    Tapi meskipun demikian, kata dia, setelah air surut warga kembali dipusingkan dengan tanaman mereka yang rusak akibat banjir, karena tengah memikikan bagaimana cara kembali melakukan penanaman kembali. Mereka berharap agar Pemerintah Daerah segera membantu petani dalam hal pendistribusian bibit padi dan bantuan tanaman palawija.
"Yang jadi permasalahan saat ini, saya liat ini warga pusing dimana mereka mau ambil bibit, karena bibit yang mereka siapkan sebelumnya setelah di tanam sudah habis terendam banjir, begitu juga dengan tanaman palawija mereka, jadi ini dulu yang harus di pikirkan oleh pemerintah khususnya Bupati Konawe," mintanya.
    Wakil Bupati Konawe, Psrinringi mengatakan, berkaitan dengan musibah yang menimpa warga, pihaknya akan terus berupaya melakukan upaya penanganan kesejahteraannya. Karena saat ini pemda tidak hanya memikirkan yang terjadi hari ini saja. Tetapi juga pasca banjir mendatang. Seluas 250 hektar sawah dan 17 hektar tanaman palawija milik warga setempat itu harus menjadi perhatian serius, kata dia, minimal setelah banjir itu surut, Pemda akan berkoordinasi kepada instansi tekhnis untuk mendistribusikan bantuan bibit, baik benih padi maupun palawija.

Related

FICTURE 3281483747549879958

Posting Komentar

emo-but-icon

Hot in week

Recent

http://blognyadhedhykp.blogspot.com/2015/03/tracking-climbing-dan-caving-di-sawapudo.html

Comments

http://blognyadhedhykp.blogspot.com/2015/03/tracking-climbing-dan-caving-di-sawapudo.html

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item